Senin, 04 April 2016

Contoh Naskah Drama Tentang Kerajaan

Hi there! Kali ini, aku mau share naskah drama tentang kerajaan. Sebenarnya saya sendiri membuat karya tulis ini guna untuk memenuhi tugas ujian praktek, karena saya tidak ingin karya saya suatu saat hilang maka saya dokumentasikan karya saya disini. Ok, here we go.





AMBARNINGSIH
     Dahulu kala, di Pulau Jawa hiduplah seorang putri raja yang bernama Raden Ajeng Ambarningsih Ardiningrum. Ia merupakan anak semata wayang dari pasangan raja yang bernama Raden Adikara Baureksa dengan permaisurinya yang bernama Raden Ajeng Bhanurasmi Astuningtyas. Sebagai putri tunggal, ia sangat disayangi oleh ayahnya. Negeri yang dipimpin ayahnya pun aman dan tentram. Raja dikenal masyarakat sebagai pemimpin yang bijaksana dan menghargai rakyat kecil. Karena sifatnya tersebut raja terkenal dikalangan masyarakat dari kerajaan lain. Maka tak jarang apabila banyak yang iri kepada sang permaisuri karena telah mendapatkan hati dari lelaki seperti raja.
Dayang : “Tuan putri, bangunlah.. raja menunggu di ruang makan guna melaksanakan makan malam.”
Putri raja : “Baiklah, aku akan segera turun kebawah. Tolong bersihkan kamarku, tanpa merubah posisi barang barang didalamnya.”
Raja : “Duduklah anaku, mari kita makan bersama.”
Permaisuri : “Apakah kau baik baik saja sayang? Kau tampak pucat sekali. Aku mengkhawatirkanmu.”
Putri raja : “Aku baik baik saja bunda.. jangan mengkhawatirkanku.”
Permaisuri : “Syukurlah, mari kita makan bersama. Hei kenapa dayang memberiku makanan yang pedas? Bukankah seluruh warga istana telah mengetahui bahwa aku tidak menyukai pedas?”
Raja : “Tak usah mempersalahkanya istriku, kau bisa mengganti makanan tersebut dengan makanan yang baru.”
Permaisuri : “Baiklah suamiku.. Dayaaaaaaaaaaaang?!”
Dayang : “Aku mau kau mengganti makanan ini, bukankah kau telah mengetahui aku tidak menyukai pedas? Kenapa kau malah memberiku makanan yang pedas?”
Dayang  : “Baiklah permaisuri, maafkan aku.”
***
Daliani  : “Kenapa kau menaruh makananya lagi?”
Dayang  : “Aku lupa bahwa permaisuri tidak menyukai pedas, tadi aku memberinya makanan yang pedas sehingga permaisuri menyuruhku untuk mengganti dengan makanan yang baru.”
     Ketika dayang sedang membuatkan makanan pengganti, dayang kembali dipanggil tuan raja, sehingga makanan yang sedang dibuatnya ia tinggal terlebih dahulu. Tiba tiba datanglah  dayang  yang lain, ia bernama Daliani Asmirah. Dia adalah dayang yang baru dipekerjakan 3 hari yang lalu, sebenarnya sudah lama ia ingin menjadi dayang di kerajaan ini guna untuk merebut hati sang raja. Sudah dari dulu Daliani menyukai raja, bahkan sebelum raja memiliki istri. Kini dia adalah seorang janda yang memiliki dua anak gadis kembar. Meskipun janda, Daliani masih memiliki kecantikan layaknya anak gadis. Hal itu membuatnya semakin percaya diri untuk kembali merebut hati sang raja. Apapun akan dilakukanya demi menjadi permaisuri kerajaan yang sedari dulu ia harapkan. Termasuk memasukan racun kedalam makanan permaisuri, hal itu dilakukanya agar raja bersedih dan kesepian akan kematian permaisurinya, dan disaat seperti ini Daliani akan mengambil hati sang raja. Benar saja, raja murka karena istrinya meninggal setelah memakan makanan tersebut.  Tanpa perlu penjelasan, raja langsung memecat dayang yang tadi dipanggil istrinya tanpa mengetahui yang sebenarnya terjadi.
Raja : “Istriku.. Kau kenapa?”
Permaisuri : “Makananya aneh.. sakit sekali..”
Putri raja : “Astaga.. Bunda kenapa? Ayah, nafasnya sudah tidak terasa.”
Raja : “Tidak mungkin.. kenapa kau pergi secepat ini istriku?”
Putri raja : “Bunda meninggal setelah memakan makanan itu, ada yang aneh dengan makanan itu ayah.”
Raja : “Dayaaaang! Pengawaaaaal! Kemarilaaah..”
Dayang : “Ada apa tuan raja memanggilku?”
Raja : “Apa yang kau beri pada makanan ini? Lihatlah permaisuriku sudah tak berdaya! Kau ku pecat, dan pengawal bawalah dia, berilah dia hukuman mati!”
Pengawal : “Siap raja.”
     Setelah kepergian permaisurinya, hari hari raja terasa sepi. Saat keadaan seperti inilah Daliani datang dalam kehidupanya, memberikan perhatian lebih sehingga membuatnya jatuh cinta. Raja akhirnya memilih Daliani, ibu dari dua anak ini untuk dijadikan permaisurinya.
***
     Setelah raja dan Daliani menikah, banyak sekali perubahan dalam negeri yang dipimpin raja ini. Banyak rakyat yang menderita akibat ulah Daliani. Sikap Daliani yang semena-mena membuatnya dibenci rakyatnya sendiri. Bukan hanya rakyat, bahkan seluruh warga istana pun membencinya termasuk sang putri kerajaan. Jika ada pepatah yang mengatakan “Buah yang jatuh tidak jauh dari pohonya.”  Maka hal ini terjadi pada hidup Daliani, kedua anaknya yang bernama Arjani Asmirah dan Asmaranti Asmirah pun memiliki sikap yang sama seperti Daliani.
Arjani : “Pengawaaaal..!!’
Pengawal : “Iya tuan putri, ada apa kau memanggilku?”
Arjani : “Sudah dari tadi kau kupanggil, kenapa baru sekarang kau datang?! Dasr tua! Seharusnya manusia tak berdaya sepertimu tidak pantas berada disini!”
Asmaranti : “HAHA.. bodoh sekali daya fikirmu, dasar manusia tidak punya otak!”
Arjani : “Sekarang, ambil sepatuku dan bawalah kemari!”
Asmaranti : “Setelah itu, pindahkanlah bunga di kamarku dan gantilah dengan bunga yang baru. Ingat, jangan sampai kau mengambil barang yang mewah disana, karena aku khawatir kau mencurinya sebab aku tau kau adalah hamba yang miskin HAHA.”
Arjani : “Dan setelah itu, pergilah ke danau dekat istana. Ambilah ikan yang berwarna mas tetapi aku ingin ikan tersebut memiliki sirip yang berwarna putih! HAHA.. aku tahu itu mustahil, tetapi aku tidak mau tahu kau harus mendapatkanya!”
Pengawal : “Tak usah banyak tapi! Lakukanlah saja!”
Arjani : “Kurang ajar sekali kau berani membantahku!”
Putri raja : “Sadarlah Arjani, kau tidak boleh menyuruh hal aneh seperti itu! Kau pun tidak boleh berkata kasar seperti itu.”
Asmaranti : “Hei tidak usah menjadi pahlawan kesiangan wahai gadis yang tidak memiliki ibu! HAHA”
Arjani : “Aku bisa membuatmu pergi dari sini duhai tuan putri terhormat.. jadi jangan macam macam!”
Raja : “Ada apa ini ribut ribut?”
Arjani : “Tanyakan saja pada anak kesayanganmu itu ayah.”
Asmaranti : “Iya ayah, kami berdua sudah mengingatkan Ambarningsih, tetapi dia tidak mau mendengar.”
Daliani : “Ada apa ini?”
Arjani dan Asmiranti : “Ibuuuuuu..” (Berlari sambil memeluk ibunya)
Daliani : “Kenapa kalian menangis? Ada apa ini?”
Arjani : “Tadi Ambarningsih menyuruh pengawal untuk mengambil ikan mas dengan sirip putih di danau dekat istana ayah, coba ayah fikir.. bukankah hal tersebut tidak mungkin?”
Asmiranti : “Dia juga menyuruh pengawal untuk membersihkan kamarnya dengan kata kata yang kasar.”
Putri raja : “Tidak ayah.. sungguh itu tidak benar!”
Daliani : “Lihatlah suamiku, anakmu mungkin belum bisa menerimaku sebagai ibu barunya. Sampai sampai sifatnya berubah setelah aku menjadi istrimu.”
Asmiranti : “Aku sudah mengingatkanya, tapi ia membangkang.”
Arjani : “Iya ayah.. bahkan aku kehabisan cara untuk mengingatkanya, dia berbicara kasar terhadap pengawal.”
Putri raja : “Tidak ayah, itu semua tidak benar.”
Raja : “Ayah kecewa terhadapmu, bukan anak ayah apabila bertingkah laku seperti itu.”
Arjani : “Apabila ayah tidak percaya, tanyakan saja pada pengawal.”
Asmiranti : “Bukan begitu pengawal?” (Sambil memberikan tatapan mengancam)
Pengawal : “I…iiii…yaa..aaa.. raja.”
Raja : “Ayah semakin kecewa terhadapmu Ambarningsih, sekarang pergilah dari kerajaan ini, carilah kehidupanmu sendiri.”
Daliani : “Apakah kau yakin terhadap keputusanmu suamiku? Bukankah Ambarningsih putri tunggalmu?”
Raja : “Tidak istriku.. aku yakin terhadap keputusanku. Sekarang pergilah Ambarningsih!”
Putri raja : “Baiklah ayah apabila itu keputusan yyang baik.”
Daliani : “Kasihanilah dia suamiku, dia anak yang baik. Umurnya masih terlalu kecil untuk berkelana hidup sendirian.”
Asmiranti : “Iya ayah, walaupun begitu dia tetap adiku.”
Raja : “Tidak, pergilah kamu Ambarningsih.”
     Dan akhirnya Ambarningsih, putri kerajaan itu pergi dari istana yang ditempatinya sejak kecil akibat ulah kakak tirinya yang telah menuduhnya.
***
     Dengan perasaan kecewa, Ambarningsih pergi meninggalkan kerajaan. Hatinya bimbang, tak tau arah kemana ia harus pergi menetap. Ditengah jalan ia menemukan rakyatnya sedang menangis akibat saudaghar kaya. Melihat kejadian tersebut, Ambarningsih selaku putri kerajaan merasa bersalah karena melihat negeri yang dipimpin ayahnya masih memiliki rakyat yang menderita, sehingga hatinya tergerak untuk menolong sepasang suami istri yang menderita tersebut.
Suami : “Maafkan aku tuan, aku berjanji untuk membayarnya esok.”
untuk membayar hutang-hutang kami tersebut.”
Saudaghar kaya “Tidak! Kau selalu berjanji untuk membayar hutangmu, tetapi kau selalu Istri : “Kasihanilah kami tuan, kami hanyalah rakyat miskin. Kami tidak mampu mengingkarinya. Sampai kapan?! Kapan kalian akan membayarnya??!!”
Putri raja : “Ada apakah ini?”
Saudaghar kaya : “Begini putri, sudah lama mereka berhutang kepadaku, dan berjanji membayarnya. Tetapi mereka selalu saja mengulur waktu.”
Suami : “Ampun tuan putri.. bukanya kami tidak ingin membayar hutang kami, tetapi kami belum mempunyai uang untuk membayarnya.”
Putri raja : “Apakah kau tidak kasihan melihat mereka? Begini saja, kau ambil ini.. mungkin ini cukup untuk membayar hutang mereka.”
Saudaghar kaya : “Tetapi tuan putri.. ini lebih dari hutang mereka.”
Putri raja : “Ambilah saja dan jangan kembali lagi.’
Istri : “Terimakasih tuan putri.”
Suami : “Sekali lagi ijinkan kami untuk berterimakasih. Oh ya tuan putri, ada apakah gerangan tuan putri berkeliling sendirian? Kemana pengawalmu?”
Putri raja : “Saya diusir dari istana, dan saya tidak tau kemana saya akan menetap.”
Istri : “Mungkin rumah kecil kami bisa menjadi tempatmu untuk menetap.”
     Dan akhirnya sang putri pun tinggal bersama rakyat yang tadi ditolongnya.
***
     Semenjak sang putri pergi dari kerajaan, raja selalu memikirkan sang putri hingga jatuh sakit. Bahkan, Daliani tidak menginginkan raja sembuh dari sakitnya, fikir Daliani biarkan saja raja meninggal agar Daliani bisa menguasai kerajaan ini dengan leluasa, tanpa suruhan siapapun.
Pengawal : “Permaisuri, sedari tadi raja memanggilmu. Apakah kau tidak berkenan untuk merawatnya?”
Daliani : “Biarkan saja, bahkan dia mati pun aku tidak perduli. HAHA”
Pengawal : “Baik permaisuri, biarkan saya yang menunggunya dan mencarikan tabib atau paranormal untuk menyembuhkan raja.”
Asmiranti : “Akhirnya raja akan segera meninggal dan kita akan segera menguasai kerajaan ini HAHAHAHA…”
Arjani : “Doakan saja raja tidak dapat disembuhkan agar kita dapat menjadi putri kerajaan ini HAHAHAA..”
***
     Pengawalpun akhirnya menemukan para normal yang terkenal sakti diseluruh penjuru daerah, paranormal tersebut akhirnya datang menemui raja guna menyembuhkan penyakit sang raja yang semakin parah.
Paranormal : “Raja ijinkan hamba untuk menyembuhkanmu, sekarang bangunlah dari tidurmu.”
Paranormal : “Hamba tidak menemukan penyakit dalam tubuhmu, hanya saja hati dan fikiranmu selalu memikirkan putrimu. Bolehkah hamba berbicara sedikit denganmu? Sebab hamba melihat ada yang aneh dalam hidupmu.”
Raja : “Bicaralah..”
Paranormal : “Begini raja.. saya melihat dan menemukan keganjalan dalam fikiranmu. Biar hamba jelaskan, sebenarnya sang putri tidak bersalah.. putri telah dituduh oleh permaisuri barumu dan kedua anaknya. Bahkan ketika kau sakit, mereka menginginkanmu mati agar mereka leluasa menguasai kerajaan.”
Raja : “Benarkah demikian? Ternyata selama ini saya telah berfikir buruk tentang putriku. Saya menyesal karena saya bersikap tidak adil, saya telah berdosa memperlakukan anakku seperti ini.”
Paranormal : “Benar raja.. sekarang kau harus mencari sang putri dan menyuruhnya kembali ke kerajaan. Saya akan memberikan ramuan untuk membantumu agar bisa berjalan.”
     Setalah mengetahui kebenaranya, Raja dengan diikuti pengawalnya mencari keberadaan sang putri. Mereka mencari kesana kemari dan bertanya kepada salah satu rakyatnya.
Raja : “Apakah kau tau dimana keberadaan putriku?”
Rakyat : “Beberapa waktu yang lalu sepertinya saya melihat sang putri berdiam disebuah rumah kecil didekat sawah.”
Raja : “Bolehkah kau menunjukan jalan dimana keberadaan putriku?”
Rakyat : “Baiklah raja..”
     Dan akhirnya raja berhasil menemukan sang putri dan membawa putri kembali ke istana. Sekarang raja tidak lagi memiliki pendamping, sebab setelah kembalinya sang putri raja telah mengusi Daliani dan kedua anaknya. Raja hanya hidup bersama sang putri. Dan akhirnya negeri yang dipimpinya kembali makmur seperti dahulu.



Terimakasih untuk yang sudah membacanya, semoga karya saya bermanfaat. saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan didalam penyusunanya. maka dari itu saya membutuhkan kritikan yang bersikap membangun, agar dilain kesempatan saya dapat lebih lagi dalam menulis. Terimakasih.

1 komentar:

  1. cobalt vs titanium drill bits
    Results titanium athletics 1 - 24 of 33 — cobalt vs titanium drill bits - black titanium ring the best fixed match in the world titanium sia - no wager, sugarboo extra long digital titanium styler no risk titanium ore - perfect

    BalasHapus